Pasar Eropa Jadi Harapan Baru, Alternatif Atas Kebijakan Tarif Resiprokal AS!

Pasar Eropa Jadi Harapan Baru, Alternatif Atas Kebijakan Tarif Resiprokal AS!

Presiden AS Donald Trump ketika mengumumkan negara-negara yang terkena tarif resiprokal. (Foto: rri.co.id)

Gan, lo semua pasti udah denger ya, Amerika Serikat bakal ngenain tarif resiprokal ke beberapa produk dari Indonesia. Tapi tenang dulu, pemerintah kita gak tinggal diam, apalagi langsung ambil langkah emosional. Justru, pemerintah pilih jalur diplomasi dan negosiasibuat cari solusi yang saling menguntungkan. Biar hubungan dagang tetep langgeng, investasi tetap adem, dan ekonomi gak keguncang.

Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, bilang kalau sekarang pemerintah lagi gercep koordinasi lintas kementerian dan lembaga. Gak cuma itu aja, mereka juga udah buka komunikasi sama USTR, U.S. Chamber of Commerce, dan negara mitra lainnya buat ngebahas strategi yang oke punya.

Katanya sih, semua kebijakan yang nanti diambil bakal dipikirin matang-matang dan tetep ngacu sama kepentingan nasional. Jadi gak asal gas doang.

Nah, pemerintah juga gak nutup mata sama sektor industri yang paling rentan, kayak industri padat karya—contohnya sektor apparel dan alas kaki. Lo tau sendiri, sektor-sektor ini paling terdampak kalo pasar global lagi gak bersahabat. Makanya, pemerintah siapin insentif supaya mereka tetep bisa bersaing dan gak goyah.

FYI Gan, tarif baru dari AS ini bakal berlaku mulai 9 April 2025. Tapi Presiden Prabowo udah kasih arahan supaya sebelum itu, pemerintah ngirimin surat resmi duluan. Jadi kita gak cuma reaktif, tapi udah siapin langkah dari jauh-jauh hari.

Gak cuma itu, pemerintah juga lagi dorong deregulasi dan aktif dengerin suara dari asosiasi pelaku usaha. Mereka bakal diajak ngobrol dalam forum khusus yang digelar hari Senin, 7 April 2025, biar semua pihak bisa kasih masukan.

Dan yang paling menarik nih, selain ngadepin kebijakan AS, pemerintah juga udah ngelirik pasar Eropa sebagai alternatif. Soalnya, Eropa itu pasar gede banget, Gan—nomor tiga setelah China dan AS. Jadi, bisa jadi peluang baru buat produk-produk kita ngacir ke sana!

Sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *