Meski ide tentang AI sudah muncul sejak pertengahan abad ke-20, baru dalam satu dekade terakhir teknologi ini benar-benar meledak. Mengapa baru sekarang? Jawabannya ada pada kombinasi beberapa faktor penting: kekuatan komputasi yang makin terjangkau, banjir data digital, algoritma yang semakin cerdas, serta investasi besar-besaran dari sektor pemerintah dan swasta.
GPU dan TPU—chip pemroses canggih—membuka jalan bagi sistem seperti “The News” untuk memproses data dalam skala yang sebelumnya mustahil. Tak hanya cepat, tapi juga presisi: AI ini mampu memilah jutaan informasi dari berbagai sumber—mulai dari komunikasi elektronik hingga citra satelit—untuk mengenali pola mencurigakan yang bisa saja terlewat oleh mata manusia.
Dalam lanskap digital hari ini, setiap interaksi online, transaksi keuangan, atau sinyal komunikasi bisa menjadi petunjuk. Bagi IDF, semua itu adalah potensi data mentah yang bisa diolah menjadi intelijen. “The News” bekerja dengan menganalisis pola-pola ini, menampilkan target yang relevan, dan menyaring mana yang butuh perhatian cepat. Hasilnya? Efisiensi meningkat, kesalahan menurun, dan kecepatan pengambilan keputusan jauh lebih tinggi.
Ledakan AI tidak terjadi dalam ruang hampa. Komunitas teknologi global, kolaborasi lintas disiplin, dan platform berbagi pengetahuan mempercepat laju inovasi. Framework seperti TensorFlow dan PyTorch memungkinkan siapa saja—dari ilmuwan data hingga mahasiswa—untuk mengembangkan dan menguji sistem AI mereka sendiri. Sementara itu, platform edukasi seperti Coursera dan komunitas seperti Maskilim di media sosial, menyebarkan pemahaman tentang AI ke audiens yang lebih luas.
Meski menjanjikan, penggunaan AI dalam konteks militer bukan tanpa risiko. Keputusan yang salah bisa berujung fatal, apalagi bila sistem terlalu bergantung pada algoritma tanpa pengawasan manusia. Karena itu, pengembangan seperti “The News” tetap disertai dengan pengawasan dan kendali manusia untuk menjaga akurasi dan etika.
Kemunculan sistem seperti “The News” menandai era baru di mana teknologi tidak hanya membantu, tapi menjadi inti dari operasi militer modern. Di balik layar, AI bekerja tanpa henti, memilah data, mengenali pola, dan menyusun rekomendasi strategis. Dan semua ini hanya mungkin karena dunia akhirnya memiliki kombinasi sempurna: data, komputasi, algoritma, dan niat serius untuk berinovasi.
Referensi:
1. Ynetnews – “IDF uses AI to select targets in Gaza, enabling faster, more precise strikes”
Link: https://www.ynetnews.com/article/sjyhbn1ikx
2. TIME – “Israel and Ukraine Are Testing AI Warfare”
Link: https://time.com/7202584/gaza-ukraine-ai-warfare/