Usia saya kini 55 tahun. Kalau jadi pegawai swasta ya sudah usia pensiun, saatnya berhenti bekerja. Sudah punya cucu pula, maka pantas disebut “sudah tua”. Bersyukur, masih mengajar di kampus, jadi konsultan dan baru saja bergabung sebagai Ketua Dewas salah satu DPLK grup bisnis besar. Lebih bersyukur lagi, saya sudah siapkan tempat pengabdian sosial di TBM Lentera Pustaka yang sudah berdiri sejak 8 tahun lalu. Alhamdulillah banget …
Di usia yang tidak lagi muda, justru saya lebih menghargai hal-hal kecil. Mengurus taman bacaan, jadi driver motor baca, dan menikmati secangkir kopi hitam sambil menikmati sebatang rokok. Ternyata, baru terasa. Semakin kita tua, justru semakin butuh ketenangan, perbanyak ibadah sambil bersenda gurau dengan keluarga, bersama istri anak dan cucu. Pergaulan seperlunya saja dan lebih memilih yang banyak positifnya saja. Asal masih enak makan, enak tidur berarti masih sehat. Dan terhindar dari lingkungan yang toxic. Itulah berkah hari tua yang indah.
Sudah tua, sudah nggak doyan berdebat apalagi berurusan dengan konflik yang tidak perlu lagi. Untuk apa membandingkan diri dengan orang lain? Lebih baik perbanyak berbuat baik dan menebar manfaat semampu yang kita bisa. Lebih memilih tempat yang lebih menghargai diri. Karena sudah nggak ada yang mau dikejar. Nggak pengen membuktikan diri kepada siapa pun. Sebab, sudah kelar dengan diri sendiri. Hanya menginginkan kenyamanan dan kedamaian ketimbang keluh-kesah, benci apalagi menyalahkan orang lain.
Usia terus bertambah, pandangan hidup pun pasti berubah. Sikap dan prinsip hidup beradaptasi dengan usia itu sendiri. Hal-hal yang dulunya kelihatan penting, sekarang tidak lagi penting. Dan makin paham bahwa kenyamanan, kebahagiaan, dan cinta pada diri sendiri lebih berharga daripada drama, stres, atau lamunan. Betul banget, hidup memang mengajarkan kita bahwa waktu itu singkat. Maka nikmati setiap anugerah-Nya setiap saat dan selalu bersyukur saja, apapun keadaannya.
Sekarang makin paham. Ternyata hidup bukan tentang menjadi kaya, populer, atau sempurna. Justru tentang apa yang akan ditinggalkan kelak. Tentang menjadi nyata dalam kebaikan dan kemanfaatan. Lebih memilih kualitas daripada kuantitas dalam hubungan dan pergaulan. Tidak tergantung pada manusia, hanya kepada-Nya.
Entah kenapa, terpikir justru di usia tua, kita sedang memulai perjuangan baru untuk berkontribusi secara sosial dan memilih yang asyik-asyik aja. Melepaskan suara bising dan diam dalam keheningan. Tetap apa adanya, bukan ada apanya sambil bersyukur atas apa yang dimiliki. Hidup sederhana dan menikmati saat-saat yang benar-benar penting dan berdampak positif. Di usia tua, maaf,sudah tidak terlalu peduli apa kata orang. Hanya peduli pada Kesehatan diri sendiri lahir dan batin, peduli pada pasangan yang akan menemani di usia tua.
Dan ternyata, kehebatan semua orang yang berusia tua adalah dia pernah berusia muda. Sementara orang muda belum tentu sampai usia tua. Bersyukurlah dan nikmatilah yang ada. Salam literasi!.

Pasangan saat memasuki usia tua