Tinggal seminggu lagi sebelum bulan suci Ramadhan berakhir. Selalu ada perasaan campur aduk ketika berada di penghujung bulan ini. Sedih karena ada perasaan dimana saya merasa selama sebulan ini tidak memanfaatkan waktu untuk ibadah dengan sebaik mungkin. Senang karena akan segera bertemu dengan keluarga besar, yang hanya setahun sekali secara kolektif menyempatkan diri hadir untuk bersilaturahmi.
Ramadhan ini adalah bulan suci, jadi hilangkan gengsi.
Judul ini saya pilih karena banyak sekali dari kita, termasuk saya, yang melupakan esensi sebenarnya dari Bulan Ramadhan dan Hari Lebaran.
Ramadhan, bulan yang penuh berkah ini, seharusnya menjadi waktu bagi kita untuk lebih mendekatkan diri pada Allah, memperbaiki diri, dan menyucikan hati. Namun, tak jarang pula kita masih terjebak dalam rutinitas duniawi. Dalam menyambut hari kemenangan ini, seringkali kita lupa bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada kemewahan materi, melainkan pada ketenangan hati.
Ada kalanya saya prihatin, ketika melihat beberapa orang yang memaksakan diri untuk menunjukkan kemewahan pada saat lebaran, padahal secara finansial mereka tidak siap. Bahkan agar tampilan mereka terlihat wah, mereka rela berhutang atau mengeluarkan uang lebih dari apa yang mereka mampu.
Apakah itu hak mereka? Ya, itu hak mereka untuk memilih jalan tersebut, dan saya tidak akan menyalahkan pilihan apapun yang mereka buat.
Namun, disisi lain, tulisan ini ditujukan sebagai pengingat bagi saya dan kita semua, bahwa momen Ramadhan dan Lebaran bukanlah waktu untuk adu gengsi.
Saya merasa sangat bersyukur karena saya lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga besar yang menjaga esensi bulan suci ini secara apa adanya. Yaitu bulan dimana kami sebagai keluarga, saling memberi dan mendoakan yang terbaik. Sayangnya tidak semua orang seberuntung itu.
Momen lebaran yang penuh kebahagiaan dan sukacita, ternyata dibalut dengan rasa saling tinggi hati untuk adu materi. Tas siapa yang lebih mahal, siapa yang memberi THR lebih banyak, anak siapa yang keterima kerja, kerjaan siapa yang lebih bagus, siapa yang punya aset baru, dan lain sebagainya. Mereka ingat untuk tampil maksimal di hari kemenangan, tetapi lupa untuk merayakannya dengan hati yang bersih.
Hanya demi rasa bangga sesaat, mereka rela menjual perhiasan mereka. Demi merasa lebih tinggi dari sesamanya, mereka rela dililit hutang hingga berbulan-bulan. Semua demi apa? Gengsi semata.
Pengingat untuk kita semua, buang jauh-jauh gengsi dan rayakan hari kemenangan dengan hati yang suci.
Semoga kita semua dapat merayakan hari Lebaran dengan penuh kebahagiaan dan ketulusan dari hati mendalam, Sekian!