Sumber Gambar:Artificial Intelligence
Hingga pada akhirnya, kebenaran pun terungkap.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam ketika ponsel Doni bergetar di atas meja samping tempat tidurnya. Ia terbangun sejenak, mengernyitkan dahi karena suara yang mengganggu tidur nyenyaknya. Pikirannya yang setengah terjaga sempat ragu untuk memeriksa, namun dorongan rasa penasaran lebih kuat. Ia meraih ponsel dan melihat layar.
Sebuah pesan WhatsApp dari nomor yang tidak dikenalnya muncul di layar. Tanpa berpikir panjang, Doni membuka pesan tersebut.
Pesan pertama: Kamu jangan pernah berani-berani MEMBANGKANG sama KAMI BERDUA!!!! Kalau kamu sampai BERANI MEMBANGKANG, itu DOSA BESAR!!!
Doni merasakannya seperti tamparan keras di wajahnya. Pesan ini jelas-jelas tidak masuk akal. Siapa yang mengirim pesan seperti ini tengah malam? Matanya masih setengah mengantuk, namun ia merasa ada yang aneh dengan pesan itu. Tanpa banyak pikir, ia melanjutkan untuk membuka pesan berikutnya.
Pesan kedua: Kamu tahu kan, KAMI ITU SEPARUH NYAWA KAMU!!! Dan kamu SEPARUH NYAWA KAMI!!! Kamu harus BERBAKTI dan HORMAT kepada KAMI, DONI INDRAYANA YANG GANTENG!!!!
“Siapa yang bikin rusuh begini?” gumam Doni pelan, matanya mulai terbuka sepenuhnya. Ia merasa sangat bingung dan sedikit cemas
Si pengirim ini tahu namanya, bahkan mengatainya ‘ganteng’. Namun, ada yang terasa tidak biasa dengan cara pesan ini ditulis.
Doni menarik napas panjang dan mencoba untuk menenangkan dirinya, namun suara pesan-pesan yang terus datang tak bisa dihentikan.
Pesan ketiga: Maaf sudah membuat kamu marah. Sebenarnya, aku ini adalah…
Doni merasa heran dengan pesan ini. Ada kejanggalan dalam cara penulisannya. Begitu tidak terstruktur dan terputus-putus, seakan si pengirimnya tengah merasa terhambat atau bingung. Pesan itu terus berlanjut.
Pesan keempat: Adalah…
Pesan kelima: Adalah…
Pesan keenam: Adalah…
Pesan-pesan ini berlanjut tanpa henti, dengan kata “adalah” yang berulang-ulang. Doni semakin bingung dan merasakan ketegangan yang semakin meningkat di dadanya. Siapa yang mengirimkan pesan ini, dan apa tujuannya?
Pesan ketujuh: Kamu mau tahu, siapa namaku?
Doni semakin tidak sabar. Ia merasa ada sesuatu yang aneh sekali dengan orang ini. Rasa takut mulai menyelimuti dirinya.
Pesan kedelapan: Doni, kamu mau tahu saja, atau mau tahu banget?
Doni mulai merasa ada yang salah dengan pengirim ini. Kata-kata dalam pesan itu semakin membingungkan, tapi ada satu hal yang paling menonjol di benaknya: Pengirim ini pasti bukan ibunya, Bu Irma. Ibunya tidak akan mengerjai Doni seperti ini, dengan pesan-pesan yang tidak jelas dan penuh ancaman.
Doni mendekap ponselnya, berusaha berpikir jernih. Ayahnya sudah lama meninggal, sejak Doni masih dalam kandungan. Ayahnya, Adziel Nugroho, tercatat dengan jelas di kartu keluarga dan akta kelahirannya. Tidak mungkin Ayahnya mengirim pesan seperti ini.
Tangan Doni mulai gemetar, ia mencoba mengecek nomor pengirim itu sekali lagi. Namun, yang terjadi justru lebih mengejutkan: nomor tersebut tidak terdeteksi. Bahkan aplikasi pelacak nomor yang biasa ia gunakan pun gagal menemukan identitas pengirimnya. Nomor itu terus berpindah-pindah negara, seakan-akan tidak ada jejak yang bisa diikuti.
Pesan terakhir: Aku ini adalah…
Doni merasa jantungnya berdebar keras. Ada sesuatu yang terasa sangat salah. Siapa yang sedang memainkan permainannya dengan dirinya?
Dengan tangan yang masih gemetar, Doni mencoba untuk membalas pesan itu.
Doni: “Siapa kamu? Berani sekali ya kamu mengerjai aku!!!!”
Tapi, pesan itu tidak pernah terbalas
Doni menghela napas panjang, matanya terasa berat dan pusing. Perasaan takut mulai menggantung di atas kepalanya. Apakah ini hanya sebuah lelucon yang berlebihan, ataukah ada sesuatu yang lebih gelap di balik pesan-pesan ini?
Ponselnya terus tergeletak di tangannya, namun tak ada lagi pesan yang masuk. Sejenak, Doni hanya duduk terdiam di tempat tidur, meresapi apa yang baru saja terjadi. Suasana malam yang gelap membuat pikirannya semakin kacau. Ia merasa seolah-olah ada yang mengawasinya, sesuatu yang tidak tampak, namun begitu dekat.
“Apa artinya ini semua? Siapa yang mengirim pesan itu? Kenapa tidak bisa terdeteksi?” gumam Doni dalam kebingungannya
Matanya mulai mengantuk, tetapi ketakutan itu tetap menempel. Entah siapa yang telah mengirim pesan-pesan itu, namun satu hal yang pasti, ini bukanlah hal biasa. Dan Doni tahu, ini baru saja dimulai.
To be continued…